0

Camp Dresane Ciputat

Posted by Atang Fauzi on 04.09
Udara dingin menyelimuti hari-hari di villa Harley puncak bogor.
camp, itulah nama kegiatan yang sedang kita lakukan, apabila kita mendengar kata CAMP pasti teringat masa-masa SMA di organisasi pramuka. namun camp disini mempunyai kegiatan yang jauh berbeda dari camp- camp biasanya. kegiatan kami sehari-harinya hanya di isi dengan membaca. kami berlomba supaya jadi terbanyak jumlah halaman baca.
camp ini merupakan sebuah program rutin yang diadakan oleh asrama turki (penginapan mahasiswa) UIN Jakarta.
berlangsung selama 8 hari


|
0
Posted by Atang Fauzi on 22.32

Retorika Dakwah
Oleh:
Atang Fauzi
(Founder Youth Organize Of Communication)

Hal yang harus diperhatikan dalam naskah pidato
a.      Menentukan Topik
Ada beberapa kriteria dalam menentukan sebuah topik dengan baik.
1). Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan kita, misalnya latar belakang pendidikan kita fiqih, maka akan kredibel jika kita bicara mengenai piqih.
20. Topik harus menarik minat anda, supaya anda lebih antusias dan sangat enjoy bila menyampaikan ke audience
3. topik harus menarik minat audience, karena akan lebihketika kita bicara sesuai dengat minat mereka, misalnya kita bicara dihadapan para wirausahawan, maka kita harus bicara mengenai hal tersebut.
4. topik harus sesuai dengan pengetahuan audience. Imam Ali ra, mengatakan “khotibunnas ala qadri uqulihim” artinya: bicaralah kepada audience atau manusia sesuai dengan kadar kemampuan akal mereka termasuk di dalammnya juga harus memperhatikan latar belakang pendidikan mereka dan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka.
5. topik harus dibatasi, karena jika terlalu luas bahasannya justru akan membuat audience bingung dan tidak fokus.
6. topik harus sesuai dengan waktu dan situasi, jika sedang dalam situasi berkabung tentu berbeda saat gembira.
7. Topik harus ditunjang dari bahan lain, akan lebih mantap apabila topik memiliki rujukan dari hasil penelitian yang begitu meyakinkan.

a.      Membuat kerangka isi.
Di dalam naskah pidato, kerangka isi itu terdiri dari tiga bagian, yaitu:pembukaan, isi materi dan penutup.
1.      Pembukaan.
Berikut ada cara untuk mengawali pidato dengan baik
a.      Langsung menyebutkan pokok persoalan
b.      Melukiskan latar belakang masalah
c.       Menghubungkan dengan pristiwa mutahir atau kejadian yang menjadi usat perhatian audience
d.     Menghubungkan denagan tempat
e.      Menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputu audience
f.        Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi dimasa lalu
g.      Menghubungkan dengan kepentingan fital audience
h.      Memberikan pujian pada audience atas prestasi mereka
i.        Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
j.        Mengajukan pertanyaan profokatif atau serentetan pertanyaan
k.      Menyatakan kutipan
l.        Menceritakan pengalaman pribadi
m.   Mengisahkan cerita faktual,fiktif atau situasi hipotesis
n.      Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya
o.      Membuat humor
Metode untu menyususn poin utama dalam naskah pidato.
1.      Metode kronologis.
Metode ini menggunakan urutan waktu (misalnya,msa lalu, sekarang dan masa yang akan datang)
2.      Metode spasial.
Kita dapat menggunakan urutan ruang misalnya lokal, provinsi, nasional dan internasional
3.      Sebab akibat (cause-effect)
Metode ini diurutkan berdasarkan sebab dab diakhiri dengan akibat yang ditimbulakan oleh sebab tersebt, metode ini bisa digunakan sebaliknya, debngan cara akibat dibahas terlebih dahulu dan kemudian diuraikan sebab-sebanya.
4.      Metode problem solusi (probelm-solusion)
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan solusi dan memecahkan masalah yang terjadi pada audience.
5.      Metode teori-praktek
Metode inibiasa digunakan untuk menjelaskansuatu teori termasuk aplikasinya, inti dari pendekatan ini adalah untuk membandingakan atau menjelaskan suatu teori atau pendapat denagan praktiknyaatau kenyataan yang terjadi dilapangan.
6.      Metode akronim.
Pendekatan akronim dilakukan untuk memberikan penekanan terhadap suatu istilah atau untuk memudahkan audience mengingat suatu kalimat atau pesan tertentu. Seperti DUIT ( do’a, usaha, ikhtiar, tawakal) dan kalau mau kaya peliharalah TUYUL (Tabah, Ulet, yakin, maka insya alloh usaha anda akan lancar).
7.      Metode 5W+1H
Metode ini tidak hanya digunakan dalam dunia jurnalistik, tapi dalam metode berpidato juga harus menerapkan kalimat tanya siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana.
8.      Metode numerik.
Metode ini digunakan berdasarkan nilai jumlah atau statistik , suatu pembicaraan diuraikan sesuai dengan poin poin atau numerik, sehingga materi tersebut menjadi terinci dan memberikan kesan didukung dengan fakta yang kuat

Cara menutup pidato dengan baik
1.      Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
2.      Menyatakan gkembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda
3.      Mendorong audience untuk bertindak
4.      Mengakhiri dengan klimaks
5.      Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, paribahasa atau ucapan ahli
6.      Menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan
7.      Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara
8.      Memuji dan menghargai audience
9.      Membuat pernyataan yang harmonis atau anekdot yang lucu


Sumber bacaaan:
Syarif,faqih,2011.Menjadi Da’i yang dicinta,jakarta,PT Gramedia Pustaka Utama

|
0
Posted by Atang Fauzi on 22.26 in

Bila Seorang Da’i Harus Diam
Oleh:
Atang Fauzi
(Founder Youth Organize Of Communication)

Ketika da’i menghadapi masalah, dan berbicara di perkirakan akan menimbulkan antipati, maka seorang da’i lebih baik diam.
Agama memuji diam dan menganjurkannya, Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa Diam, niscaya selamat” (HR. At-Tirmidzi)
Dan rasulullah Saw bersabda
“Diam itu kebijaksannaan, dan sedikit orang untuk melakukannya” (HR. Abu Manshur Ad-Dailami)
Diam diperlakukan dalam empat hal, yaitu:
1.      Menghindari konfrontasi
2.      Disaat perkataan sudah tidak efektif
3.      Dalam rangka menyusun taktik atau strategi
4.      Diam dalam arti bahasa perbuatan
Dari ke empat hal diatas, mari kita jelaskan satu persatu.
1.      Diam itu Menghindari konfrontasi
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW mengundang anggota keluarganya untuk makan bersama-sama dirumah beliau, yang hadir ada kira-kira 40 orang, diantaranya paman beliau yaitu Abu lahab. Usai acara, rasulullah bersiap-siap hendak menyampaikan risalahnya. Akan tetapi Abu lahab memotongnya terlebih dahulu, dengan nafsu amarah dan berapi-api,, namun beliau sebagai tuan rumah mampu mengendalikan diri serta menjaga martabatnya pada saat itu dan tidak membalas dan bersikap diam.
Suasana simpatik dengan sikap beliau yang diam itu tidak dibiarkan berlalu begitu saja , beberapa hari setelah itu, beliau mengundang bibi-bibinya dan para pamannya, tak ketinggalan Abu lahab. Setelah makan Rasulullah segera bangun dan angkat bicara, seketika itu pula beliau mendapat dukungan dari pamannya Abu Thalib. Cerita ini merupakan salah satu contoh dimana kita mesti mulai bicara dalam dakwah dan dimana kita perlu diam. Diamnya nabi bukan karena tidak mampu untuk membalas, tapi untuk menghindari konfrontasi sebagai pembawa risalah.
2.      Diam disaat perkataan tidak efektif
Kata bukanlah segalanya dalam berdakwah, suatu saat kata tidak akan membawa solusi, ketika Da’i menemukan suasana dimana mad’u tidak lagi percaya dengan kata-kata yang terucap, maka da’i lebih baik memilih diam.
Dalam suasana kekecewaan yang mendalam karena niat melaksanakan umrah tahuh keenam hijriyah tidak kesampaian akibat tersandung oleh perjanjian hudaibiyah, akhirnya kata-kata rasulullah pernah tidak efektif dimata para sahabatnya.
“Nabi SAW. Datang kepada para sahabatnya dan bersabda:: bergeraklah!. Rasulullah mengulangi perintah ini sampai tiga kali, tetapi tidak seorangpun diantara mereka yang bangkit menyambutnya kemudian beliau masuk kedalam kemahnya, dan menceritakan kejadian itu kepada istri beliau,ummu salamah dengan bijak berkata: “ waha Rasulullah apakah engkau ingin supaya mereka melaksanakan perintah itu? keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah katapun dengan salah seorang diantara mereka, sembelihlah ternak kurban anda sendiri, lalu panggilah tukang cukur anda, dan bercukurlah.:” Rasulullah pun mengikuti petunjuk istrinya, ketika kaum muslimin melihat perbuatan rasulullah, mereka segera bergerak beramai-ramai menyembelih ternaknya masing-masing dan saling bergantian mencukur.
3.      Diam dalam Upaya Membentuk taktik dan Strategi
Diam dalam bentuk ini kerap kali terjadi baik pada para pembesar negara. Pemimpin masyarakat, pengasuh kepada yang diasuhnya dan seoarang suami kepada istri dan anaknya.
Diam menyusun taktik dan strategi yang terjadi pada seorang pembesar negara, contohnya seperti yang terjadi pada nabi Muhammad SAW, ketika terjadi “Serangan” yang dilancarkan leh pamannya abu lahab, daengan metode diam dan menyusun taktik dan strategi maka Nabi SAW terhindar dari konrontasi yang dilancarkan pamannya dan akhirnya beliau dapat menyampaikan risalah islam pada keluarganya.
4.      Diam Dalam Arti bahasa perbuatan
Dakwah tidak hanya selalu dengan kata-kata, betapa banyak permasalahan ternyata diselesaikan dengan kata-kata, tetapi dengan teladan. Perbuatan Da’i adalah salah satu bentuk Da’wah orng sering menyebut diam keempat ini dakwah bil hal.

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
Maka iya berkata baik, atau diam”



Sumber Bacaan:
Yusuf,Yunan. Metode dakwah, Jakarta,2006, kencana.

|
0
Posted by Atang Fauzi on 22.23

Adab Berbicara
Oleh:
Atang Fauzi
(Founder Youth Organize Of Communication)

            Islam memerintahkan umatnya untuk ber-adab dan ber-etika dalam berbicara. Agar pergaulan tetap baik hendaklah selalu bicara dengan perkataan yang baik, berikut ini adalah beberpa hal yang harus diperhatikan dalam berbicara:
1.      Hendaklah topik pembicaraan berkisar pada hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Rasulullah SAW telah bersabda:
“Siapa saja yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya berbicara dengan pembicaraan yang baik, kalau tidak berbicara baik, lebih baik diam. (HR. Bukhori Muslim)
2.      Menghindarkan diri dari perbuatan jelek dan tidak bermanfaaat.
3.      Tidak berbohong dalam perkataan
4.      Tidak membicarakan aib (kekurangan) orang lain atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik tentang diri seseorang.
5.      Tidak mencela atau mengejek orang lain
6.      Menghindari perselisihan dan perdebatan, karena rasulullah tidak menyukai adanya perdebatan meski dalam hal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
“Aku adalah pemimpin rumah ditengah-tengah surgabagi orang-orang yang meninggalkan perselisihan walaupun dalam kebenaran”.
7.      Tidak menyebarkan berita bohong.
8.      Tidak menyebarkan gosip tentang orang lain
9.      Tidak bersikap sombong dan angkuh dalam  berbicara
10.  Tidak boleh menguasai dan memonopoli pembicaraan dalam suatu forum
11.  Hendaknya memberikan kesempatan kepada orang lainuntuk berbicara
12.  Tidak boleh mengeraskan suara dalam percakapan, sehinnga menimbulkan kegaduhan dan kebisingan
13.  Menempatkan pembicaraan sesuai dengan situasi dan kondisi
14.  Bla ingin meluruskan suatu kesalahan, hendaknya dengan cara yang bijak dan tidak menjatuhkan orang lain.
15.  Berbicara dengan tenang, agar mudah dicerna dan dipahami oleh pendengar dan tidak mencampuradukan dengan pembicaraan yang lain
16.  Tidak membanggakan diri dan menonjolkan kepandaian dihadapan lawan bicara
17.  Tidak membicarakan sesuatu yang tidak dimengerti
18.  Tidak terlalu banyak bicara, sehingga membuat bosan pendengar.


“Siapa saja yang beriman kepada Alloh dan hari akhir hendaknya berbicara dengan pembicaraan yang baik, kalau tidak berbicara baik, lebih baik diam. (HR. Bukhori Muslim)


Sumber Bacaan:
Yusuf,Yunan, Metode dakwah, jakarta 2006, kencana

|

Copyright © 2009 Catatan Atang Fauzi All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.