0
Posted by Atang Fauzi
on
22.26
in
Bila seorang da'i harus diam
Bila
Seorang Da’i Harus Diam
Oleh:
Atang
Fauzi
(Founder
Youth Organize Of Communication)
Ketika da’i menghadapi
masalah, dan berbicara di perkirakan akan menimbulkan antipati, maka seorang
da’i lebih baik diam.
Agama memuji diam dan
menganjurkannya, Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa Diam, niscaya
selamat” (HR. At-Tirmidzi)
Dan rasulullah Saw
bersabda
“Diam itu kebijaksannaan,
dan sedikit orang untuk melakukannya” (HR. Abu Manshur
Ad-Dailami)
Diam diperlakukan dalam
empat hal, yaitu:
1. Menghindari
konfrontasi
2. Disaat
perkataan sudah tidak efektif
3. Dalam
rangka menyusun taktik atau strategi
4. Diam
dalam arti bahasa perbuatan
Dari ke empat hal diatas,
mari kita jelaskan satu persatu.
1. Diam
itu Menghindari konfrontasi
Pada
suatu hari Nabi Muhammad SAW mengundang anggota keluarganya untuk makan
bersama-sama dirumah beliau, yang hadir ada kira-kira 40 orang, diantaranya
paman beliau yaitu Abu lahab. Usai acara, rasulullah bersiap-siap hendak
menyampaikan risalahnya. Akan tetapi Abu lahab memotongnya terlebih dahulu,
dengan nafsu amarah dan berapi-api,, namun beliau sebagai tuan rumah mampu
mengendalikan diri serta menjaga martabatnya pada saat itu dan tidak membalas
dan bersikap diam.
Suasana
simpatik dengan sikap beliau yang diam itu tidak dibiarkan berlalu begitu saja
, beberapa hari setelah itu, beliau mengundang bibi-bibinya dan para pamannya,
tak ketinggalan Abu lahab. Setelah makan Rasulullah segera bangun dan angkat
bicara, seketika itu pula beliau mendapat dukungan dari pamannya Abu Thalib.
Cerita ini merupakan salah satu contoh dimana kita mesti mulai bicara dalam
dakwah dan dimana kita perlu diam. Diamnya nabi bukan karena tidak mampu untuk
membalas, tapi untuk menghindari konfrontasi sebagai pembawa risalah.
2. Diam
disaat perkataan tidak efektif
Kata
bukanlah segalanya dalam berdakwah, suatu saat kata tidak akan membawa solusi,
ketika Da’i menemukan suasana dimana mad’u tidak lagi percaya dengan kata-kata
yang terucap, maka da’i lebih baik memilih diam.
Dalam
suasana kekecewaan yang mendalam karena niat melaksanakan umrah tahuh keenam
hijriyah tidak kesampaian akibat tersandung oleh perjanjian hudaibiyah,
akhirnya kata-kata rasulullah pernah tidak efektif dimata para sahabatnya.
“Nabi
SAW. Datang kepada para sahabatnya dan bersabda:: bergeraklah!. Rasulullah
mengulangi perintah ini sampai tiga kali, tetapi tidak seorangpun diantara
mereka yang bangkit menyambutnya kemudian beliau masuk kedalam kemahnya, dan
menceritakan kejadian itu kepada istri beliau,ummu salamah dengan bijak
berkata: “ waha Rasulullah apakah engkau ingin supaya mereka melaksanakan
perintah itu? keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah katapun dengan salah
seorang diantara mereka, sembelihlah ternak kurban anda sendiri, lalu panggilah
tukang cukur anda, dan bercukurlah.:” Rasulullah pun mengikuti petunjuk
istrinya, ketika kaum muslimin melihat perbuatan rasulullah, mereka segera
bergerak beramai-ramai menyembelih ternaknya masing-masing dan saling
bergantian mencukur.
3. Diam
dalam Upaya Membentuk taktik dan Strategi
Diam
dalam bentuk ini kerap kali terjadi baik pada para pembesar negara. Pemimpin
masyarakat, pengasuh kepada yang diasuhnya dan seoarang suami kepada istri dan
anaknya.
Diam
menyusun taktik dan strategi yang terjadi pada seorang pembesar negara,
contohnya seperti yang terjadi pada nabi Muhammad SAW, ketika terjadi
“Serangan” yang dilancarkan leh pamannya abu lahab, daengan metode diam dan
menyusun taktik dan strategi maka Nabi SAW terhindar dari konrontasi yang
dilancarkan pamannya dan akhirnya beliau dapat menyampaikan risalah islam pada
keluarganya.
4. Diam
Dalam Arti bahasa perbuatan
Dakwah
tidak hanya selalu dengan kata-kata, betapa banyak permasalahan ternyata
diselesaikan dengan kata-kata, tetapi dengan teladan. Perbuatan Da’i adalah
salah satu bentuk Da’wah orng sering menyebut diam keempat ini dakwah bil hal.
“Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir
Maka iya berkata baik,
atau diam”
Sumber Bacaan:
Yusuf,Yunan. Metode
dakwah, Jakarta,2006, kencana.