0

MAKALAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Sesuai dengan firman Allah SWT.
“Sesunggunya orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu”. (QS. Al-Hujurat : 10)
       Dalam ajaran islam banyak ajaran yang mengandung muatan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat islam. Betapa pentingnya silaturahmi dalam kehidupan umat islam, terutama dalam pendidikan. Hal ini karena silaturahmi juga berpengaruh pada pendidikan, karena bekal hidup di dunia dan akhirat,  orang yang selalu menyambung silaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu faktor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha, selain dengan memperbanyak teman, berarti akan memperbanyak saudara, dan ia akan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, hal ini karena telah melaksanakan perintahnya, yakni menghubungkan silaturahmi.
1.2.  Perumusan Masalah
A.     Bagaimana persaudaraan sesama muslim itu?
B.     Bagaimana memelihara silaturahmi?
C.     Apa larangan memutuskan silaturahmi?
1.3.  Tujuan Penulisan
Menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa alangkah penting dan sangat berharga sekali memelihara persaudaraan dan silaturahmi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Persaudaraan Sesama Muslim
Artinya:
          “Dari yahya bin Bukhair, dari Al- lais al uqail bin sihab, sesungguhnya salman telah memberitahukan kepada Abdullah bin Umar R.A berkata, Rasulullah SAW bersabda:  seorang muslim adalah saudara terhadap sesama muslim lainnya, tidak  menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya  orang lain. Dan barangsiapa yang yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan hajatnya. Dan barangsiapa yang melapangkan kesusahan sesama muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat, dan barangsiapa yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari kiamat. (HR. Bukhari Muslim)
          Hadist diatas sangat jelas berbicara mengenai seorang muslim yang dalam keadaan bagaimanapun saudaranya itu, haruslah dibantu. Baik dia dalam keadaan tertindas maupun tidak, inilah keistimewaan ajaran islam.
          Dalam hadist lain dinyatakan bahwa hubungan antara mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling melengkapi, bangunan tidak akan berdiri kalau salah satu komponennya tidak ada atau rusak, hal itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara sesama umat islam.
          Itulah salah satu kelebihan yang harus dimiliki oleh kaum mukmin dalam berhubngan antara kaum mukminin, sifat egois atau mementingkan diri sendiri sangat ditentang oleh islam, sebaliknya umat islam memerintahakan umatnya untuk bersatu dan saling membantu, karena persaudaraan seiman lebih erat daripada persaudaraan sedarah, itulah yang akan menjadi pangkal kaum muslimin, setiap mukmin merasakan penderitaan saudaranya dan mengulurkan tangannya untuk membantu sebelum diminta.
          Keadaan seperti itu telah dicontohkan oleh kaum mukminin pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Dengan para sahabat hijrah ke madinah, dikota inilah, persaudaraan antara umat islam terlihat lebih nyata, penduduk madinah menyambut kedatangan kaum muhajirin dengan suka cita, melebihi sambutan kepada pertalian sedarah atau keluarga. Segala keperluan dan kepentingan kaum muhajirin, mulai dari tempat tinggal, makanan, serta berbagai kebutuhan lainnya mendapat santunan dari penduduk madinah, tidak mengherankan jika penduduk madinah mendapat sebutan kaum anshar, yakni kaum penolong dan pembela dalam arti yang luas, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
          Pada masa itu kaum muslimin betul-betul bersatu dan bersaudara, sehingga menjadi suatu kekuatan yang sulit untuk ditandingi oleh musuh walaupun jumlah kaum muslimin tidak terlalu banyak. Akan tetapi sangat disayangkan, pada saat ini umat islam semakin bercerai berai walaupun dari segi jumlah semakin banyak, kaum muslimin tidak ingin lagi bersatu, sehingga menjadi lemah.
          Padahal persatuan dan kesatuan merupakan nikmat yang sangat besar, yang harus disyukuri oleh umat islam dengan cara mempertahankannya. Persaudaraan dan persatuan akan membawa kepada kesuksesan atau kepada kesejahtraan, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman:
Artinya:
          “Dan berpegang teguhlah kamu terhadap tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah karunia tuhan kepadamu, ketika kamu dahulu bermusuhan , lalu dipersatukan-nya hati kamu, sehingga dengan karunia tuhan itu kamu mrnjadi bersaudara, dahulu kamu berada di tepi jurang yang curam (neraka), maka tuhan melepaskan kamu darinya.”
          Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu ialah persamaan akidah atau kepercayaan, akan tetapi persamaan akidah yang dimaksud disini adalah dalam arti sebenarnya, lahir batin bukan hanya label atau pengakuannya saja, jika tidak demikian, persamaan akidah tidak mungkin dapat mempersatukan dan mengembalikan kejayaan umat islam.
          Namun demikian, tidak berarti umat islam dilarang untuk berhubungan atau bersahabat dengan orang non islam, umat islam-pun dianjurkan untuk berhubungan dengan mereka, karena pada dasarnya semua manusia itu berasal dari bapak yang sama, yaitu nabi Adam, Allah SWT berfirman:



Artinya:
          “Manusia adalah umat (bangsa) yang satu, lalu diutus oleh tuhan nabi-nabi yang menjadi pembawa berita gembira dan menyampaikan peringatan. Dan diturunkannya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran supaya dia memberikan keputusan  antara sesama manusia dalam persoalan-persoalan yang mereka perselisihkan.”
          Intisari dari ayat diatas menegaskan bahwa pada dasarnya manusia merupakan satu rumpun keluarga, yang berasal dari satu nenek moyang yaitu Adam dan hawa, oleh karena itu tidaklah patut saling bermusuhan hanya karena perbedaan keturunan, bangsa, atau agama, bahkan sebaliknya di dalam islam dianjurkan untuk saling mengenal.
          Selanjutnya umat islam dibedakan menjadi dua bagian, yaitu mereka yang menaati aturan yang ada dalam kitab yang dibawa oleh para Rasul dan mereka yang tidak mau menaatinya, yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling menaatinya.
          Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an, setidaknya ada empat macam bentuk persaudaraan, yaitu:
1.      Ukhuah Ubudiyah, yaitu saudara kesemakhlukan atau kesetundukan kepada Allah SWT.
2.      Ukhuah Insaniyyah atau (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara karena berasal dari seorang ayah dan ibu,  Rasulullah SAW juga menekankan melalui sebuah hadist.
abu hurairah.png
Artinya:
            “Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
tanpa sanad.png
Artinya:
“Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara”.

3.    Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4.    Ukhuan fi ad-din al-islam, persaudaraan antar sesama muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:
antum.png
“Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)ku.’
          Dengan demikian persaudaraan dalam islam mengandung arti cukup luas, tetapi persaudaraan antar sesama muslim adalah pertama dan sangat utama, sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”
Dalam syari’at islam-pun banyak sekali ajaran yang mengandung muatan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat islam, seperti zakat, qurban, ibadah haji, shalat berjama’ah dan lain-lain.
B. Memelihara Silaturahmi
hadits ke2.png
          “Dari Muhammad Bin Abi Ya’kub Al Kirmany, dari yunus, dari Muhammad , dari Anas bin malik radiallahu ‘anhu. Berkata, “ Saya mendengar Rasulullah bersabda, siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dilanjutkan umurnya, hendaklah menyambung silaturahim.”( Dikeluarkan oleh Bukhari; “kitab jual beli”, bab: ‘siapa yang menyukai dilapangkan rezeki’)
          Silaturahmi artinya menyambungkan tali persaudaraan, hadist tersebut menggambarkan betapa pentingnya silahturahmi dalam kehidupan umat islam. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap rezeki yang merupakan bekal hidup di dunia. Selain itu, orang yang selalu menyambungkan tali silaturahmi akan dipanjangkan usianya, dalam artian akan dikenang selalu.
          Hadist diatas kalau disermati dengan seksama, sangatlah logis. Orang yang selalu silaturahmi tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu faktor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha atau berbisnis. Selain itu, dengan banyak teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula telah berusaha meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT. Hal ini karena ia telah melakukan salah satu perintahnya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi orang yang bertkwa, maka Allah akan memberikan rezeki dan jalan keluar dalam setiap urusannya. Allah SWT berfirman:
Artinya:
          “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya ia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka”
          Rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, mungkin tidaklah banyak menurut pandangan manusia, tetapi rezeki tersebut penuh dengan berkah, rezeki yang sedikit tetapi berkah lebih bermanfaat daripada banyak, tetapi tidak mengandung berkah.
          Selain itu, orang yang selalu memperbanyak silaturahmi akan memberikan banyak peluang dalam berusaha, sehingga akan terbuka pintu rezeki baginya. Kalau suatu ketika ia ditimpa suatu kesusahan atau berada dalam kesulitan, ia akan mendapatkan bantuan dan pertolongan dari relasinya.
          Begitu pula kenyataan bahwa bagi mereka yang suka silaturahmi akan sipanjangkan usianya adalah sangat logis meskipun memerlukan pemahaman dan persepsi yang berbeda. Memang benar umur manusia itu sudah dibatasi dan tidak ada seorangpun yang mampu mengubah kehendak Allah tersebut, hal itu dijelaskan dalam Al-qir’an:
Artinya:
          “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu (kematiannya) dan Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al- Munafikun :11)
          Akan tetapi dengan banyaknya silaturahmi ia akan banyak berbuat kebaikan dengan sesama manusia, yang berarti pula akan semakin banyak pula mendapatkan pahala, pahalanya akan lebih banyak daripada tidak pernah bersilaturahmi walaupun umurnya sama,  dengan demikian, seakan-akan ia memiliki umur lebih panjang, walaupun hakikat umurnya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah AWT.
            Selain itu orang yang sering bersilaturahmi walaupun sudah menunggal, ia banyak diingat dan dibicarakan, seakan-akan ia hidup terus.
          Banyak silaturahmi-pun akan menimbulkan rasa kasih sayang antar sesama dan menimbulkan gairah hidup tersendiri, karena ia banyak saudara yang akan bahu-membahu dalam memecahkan berbagai problematika hidup, sehingga umurnya akan lebih bermanfaat, baik bagi dirinya maupun orang lain.
          Menurut Al- Faqih Abu Laits Samarqandi, keuntungan silaturahmi ada sepuluh, yaitu:
1). Memperoleh Ridha Allah SWT
2). Membuat gembira orang lain
3). Menyebabkan pelakunya disukai oleh para malaikat
4). Mendatangkan pujian kaum muslimin kepadanya
5). Membuat marah iblis
6). Memanjangkan Usia
7). Menambah berkah (cukup) rezekinya
8). Membuat senang kaum kerabat yang telah meninggal, karena mereka senang anak cucunya selalu bersilaturahmi
9). Memupuk rasa kasih sayang diantara keluarga sehingga timbul semangat saling membantu ketika berhajat
10). Menambah pahala sesudah pelakunya meninggal, karena ia akan selalu dikenang, dan di do’akan karena kebaikannya.
C. Larangan Memutuskan Silaturahmi
hadist ke-3.jpg
          “Dari Abdullah Bin Yusuf, memberitahukan kepada Malik Ibnu Syihab dari Atha bin Yazid, dari Abu Ayub Al-Anshari Bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “ Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, mereka bertemu, lalu seorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik diantara keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam.” (HR. Bukhari. Kitab “tata krama”bab”hijrah dan ucapan Rasulullah SAW , tidak halal bagi seorang laki-laki menghindari saudaranya lebih dari tiga hari)
          Sudah menjadi sunatullah bahwa hubungan sesama manusia tidak selamanya baik, selali ada problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan, pengorbanan dan sekaligus perlombaan antar sesama manusia, tidak heran apabila terjadi pergesekan antar sesama manusia yang tidak mungkin dapat dihindarkan.
          Namun demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang sehingga melebihi tiga hari, yang ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling menjauhi. Hal itu tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
          Memang benar bahwa setiap manusia memiliki ego dan gengsi, sehingga hal itu sering mengalahkan akal sehat, akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama. Apakah artinya ego tersebut bila dibandingkan dengan petingnya persaudaraan dan persatuan umat? Apalagi bila mereka menyadari bahwa mereka yang memutuskan silaturahmi, diancam tidak akan mendapatkan kebahagiaan kelak di akhirat, yaitu mereka tidak berhak masuk surga. Rasulullah SAW bersabda:
mutafaqun alaih.png
Artinya:
          “Dari Abu Muhammad (jubair) bin muthim Radiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda; tidak akan masuk surga orang yang pemutus (hubungan famili) abu sufyan berkata; yakni pemutus hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
          Imam nawawi mwngatakan bahwa persengketaan harus diakhiri pada hari ketiga, tidak boleh lebih. Menurut sebagian ulama, diantara sebab islam membolehkan adanya persengketaan selama tiga hari karena dalam jiwa manusia terdapat amarah dan akhlak jelek yang tidak dapat dikuasainya ketika bertengkar atau dalam keadaan marah,. Dan dalam waktu tiga hari diharapkan akan menghilangkan perasaan tersebut.
          Diantara cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabatan, ini bukan berarti orang yang memulai salam itu telah kalah, tetapi ia telah melakukan perbuatan yang sangat mulia dan terpuji disisi Allah SWT.
          Mereka yang bersikeras memutuskan tali silaturahmi akan mendapatkan laknat dan kutukan Allah SWT, sebagaimana firmannya:
Artinya:          
          “Apakah mungkin jika kamu akan berkuasa akan mengacau dimuka bumi dan memutus hubungan keluarga, mereka yang dikutuk oleh Allah, maka dipekakan dan dibutakan pandangan mereka.” (QS. Muhammad. 22-23)


Artinya:
“Mereka yang menyalahi janji Allah sesudah diteguhkannya, dan memutus apa-apa yang telah diperintah Allah SWT. Supaya disambung, dan merusak dimuka bumi, kutukan Allah dan sejelek-jeleknya tempat”.







BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
          Salah satu tanda kesempurnaan iman seorang mukmin ialah mencintai saudaranya sendiri sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun kebahagiaan saudaranya seiman yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada Allah SWT.
          Persaudaraan merupakan suatu hal yang umum, persaudaraan yang timbul karena saling memperkuat ikatan-ikatan persaudaraan dan sebagai faktor mencapainnya salah satu kesejahtraan masyarakat islam.
3.2. Saran
          Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama dosen mata kuliah ini. Agar dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannyya kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Syafe’i,Rachmat, Al-Hadist (Akidah, Akhlak, sosial dah hukum), Pustaka Setia, bandung:2003
Kitab Shahih bukhari 

|

Copyright © 2009 Catatan Atang Fauzi All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.