0
Persaudaraan Sesama Muslim
Posted by Atang Fauzi
on
07.14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan firman
Allah SWT.
“Sesunggunya
orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab itu perbaikilah hubungan antara kedua
saudaramu itu”. (QS. Al-Hujurat : 10)
Dalam ajaran islam banyak ajaran yang
mengandung muatan untuk lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas
sesama umat islam. Betapa pentingnya silaturahmi dalam kehidupan umat islam,
terutama dalam pendidikan. Hal ini karena silaturahmi juga berpengaruh pada
pendidikan, karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu menyambung silaturahmi
tentunya akan memiliki banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan
salah satu faktor yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha,
selain dengan memperbanyak teman, berarti akan memperbanyak saudara, dan ia
akan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, hal ini karena telah melaksanakan
perintahnya, yakni menghubungkan silaturahmi.
1.2. Perumusan Masalah
A. Bagaimana persaudaraan
sesama muslim itu?
B. Bagaimana memelihara
silaturahmi?
C. Apa larangan memutuskan
silaturahmi?
1.3. Tujuan Penulisan
Menambah
wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa alangkah penting dan sangat berharga
sekali memelihara persaudaraan dan silaturahmi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persaudaraan Sesama
Muslim
Artinya:
“Dari yahya bin Bukhair, dari Al- lais
al uqail bin sihab, sesungguhnya salman telah memberitahukan kepada Abdullah
bin Umar R.A berkata, Rasulullah SAW bersabda:
seorang muslim adalah saudara terhadap sesama muslim lainnya, tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan
dianiaya orang lain. Dan barangsiapa
yang yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan hajatnya.
Dan barangsiapa yang melapangkan kesusahan sesama muslim, maka Allah akan
melapangkan kesukarannya di hari kiamat, dan barangsiapa yang menutupi aurat
seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari kiamat. (HR. Bukhari Muslim)
Hadist diatas sangat jelas berbicara
mengenai seorang muslim yang dalam keadaan bagaimanapun saudaranya itu,
haruslah dibantu. Baik dia dalam keadaan tertindas maupun tidak, inilah
keistimewaan ajaran islam.
Dalam hadist lain dinyatakan bahwa
hubungan antara mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang
saling melengkapi, bangunan tidak akan berdiri kalau salah satu komponennya
tidak ada atau rusak, hal itu menggambarkan betapa kokohnya hubungan antara
sesama umat islam.
Itulah salah satu kelebihan yang harus
dimiliki oleh kaum mukmin dalam berhubngan antara kaum mukminin, sifat egois atau
mementingkan diri sendiri sangat ditentang oleh islam, sebaliknya umat islam
memerintahakan umatnya untuk bersatu dan saling membantu, karena persaudaraan
seiman lebih erat daripada persaudaraan sedarah, itulah yang akan menjadi
pangkal kaum muslimin, setiap mukmin merasakan penderitaan saudaranya dan
mengulurkan tangannya untuk membantu sebelum diminta.
Keadaan seperti itu telah dicontohkan
oleh kaum mukminin pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Dengan para sahabat
hijrah ke madinah, dikota inilah, persaudaraan antara umat islam terlihat lebih
nyata, penduduk madinah menyambut kedatangan kaum muhajirin dengan suka cita,
melebihi sambutan kepada pertalian sedarah atau keluarga. Segala keperluan dan
kepentingan kaum muhajirin, mulai dari tempat tinggal, makanan, serta berbagai
kebutuhan lainnya mendapat santunan dari penduduk madinah, tidak mengherankan
jika penduduk madinah mendapat sebutan kaum anshar, yakni kaum penolong
dan pembela dalam arti yang luas, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Pada masa itu kaum muslimin
betul-betul bersatu dan bersaudara, sehingga menjadi suatu kekuatan yang sulit
untuk ditandingi oleh musuh walaupun jumlah kaum muslimin tidak terlalu banyak.
Akan tetapi sangat disayangkan, pada saat ini umat islam semakin bercerai berai
walaupun dari segi jumlah semakin banyak, kaum muslimin tidak ingin lagi
bersatu, sehingga menjadi lemah.
Padahal persatuan dan kesatuan
merupakan nikmat yang sangat besar, yang harus disyukuri oleh umat islam dengan
cara mempertahankannya. Persaudaraan dan persatuan akan membawa kepada
kesuksesan atau kepada kesejahtraan, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT
berfirman:
Artinya:
“Dan berpegang teguhlah kamu terhadap
tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah karunia tuhan
kepadamu, ketika kamu dahulu bermusuhan , lalu dipersatukan-nya hati kamu,
sehingga dengan karunia tuhan itu kamu mrnjadi bersaudara, dahulu kamu berada
di tepi jurang yang curam (neraka), maka tuhan melepaskan kamu darinya.”
Salah satu landasan utama yang mampu
menjadikan umat bersatu ialah persamaan akidah atau kepercayaan, akan tetapi
persamaan akidah yang dimaksud disini adalah dalam arti sebenarnya, lahir batin
bukan hanya label atau pengakuannya saja, jika tidak demikian, persamaan akidah
tidak mungkin dapat mempersatukan dan mengembalikan kejayaan umat islam.
Namun demikian, tidak berarti umat
islam dilarang untuk berhubungan atau bersahabat dengan orang non islam, umat
islam-pun dianjurkan untuk berhubungan dengan mereka, karena pada dasarnya
semua manusia itu berasal dari bapak yang sama, yaitu nabi Adam, Allah SWT
berfirman:
Artinya:
“Manusia adalah umat (bangsa) yang
satu, lalu diutus oleh tuhan nabi-nabi yang menjadi pembawa berita gembira dan
menyampaikan peringatan. Dan diturunkannya bersama mereka kitab yang mengandung
kebenaran supaya dia memberikan keputusan
antara sesama manusia dalam persoalan-persoalan yang mereka
perselisihkan.”
Intisari dari ayat diatas menegaskan
bahwa pada dasarnya manusia merupakan satu rumpun keluarga, yang berasal dari
satu nenek moyang yaitu Adam dan hawa, oleh karena itu tidaklah
patut saling bermusuhan hanya karena perbedaan keturunan, bangsa, atau agama,
bahkan sebaliknya di dalam islam dianjurkan untuk saling mengenal.
Selanjutnya umat islam dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu mereka yang menaati aturan yang ada dalam kitab yang dibawa
oleh para Rasul dan mereka yang tidak mau menaatinya, yang paling mulia disisi
Allah ialah orang yang paling menaatinya.
Menurut M Quraisy Shihab, berdasarkan
ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an, setidaknya ada empat macam bentuk
persaudaraan, yaitu:
1. Ukhuah Ubudiyah, yaitu
saudara kesemakhlukan atau kesetundukan kepada Allah SWT.
2. Ukhuah Insaniyyah atau
(basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara karena berasal
dari seorang ayah dan ibu, Rasulullah
SAW juga menekankan melalui sebuah hadist.
Artinya:
“Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari
dari Abu Hurairah)
Artinya:
“Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara”.
3. Ukhuwah Wathaniyah wa an-nasab,
yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuan fi ad-din al-islam,
persaudaraan antar sesama muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:
“Kalian adalah
sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)ku.’
Dengan demikian persaudaraan dalam
islam mengandung arti cukup luas, tetapi persaudaraan antar sesama muslim
adalah pertama dan sangat utama, sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara”
Dalam syari’at islam-pun banyak sekali ajaran yang mengandung muatan untuk
lebih mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat islam, seperti
zakat, qurban, ibadah haji, shalat berjama’ah dan lain-lain.
B. Memelihara Silaturahmi
“Dari Muhammad Bin Abi Ya’kub Al
Kirmany, dari yunus, dari Muhammad , dari Anas bin malik radiallahu ‘anhu.
Berkata, “ Saya mendengar Rasulullah bersabda, siapa yang ingin diluaskan
rezekinya dan dilanjutkan umurnya, hendaklah menyambung silaturahim.”( Dikeluarkan
oleh Bukhari; “kitab jual beli”, bab: ‘siapa yang menyukai dilapangkan rezeki’)
Silaturahmi artinya menyambungkan tali
persaudaraan, hadist tersebut menggambarkan betapa pentingnya silahturahmi
dalam kehidupan umat islam. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh
terhadap rezeki yang merupakan bekal hidup di dunia. Selain itu, orang yang
selalu menyambungkan tali silaturahmi akan dipanjangkan usianya, dalam artian
akan dikenang selalu.
Hadist diatas kalau disermati dengan
seksama, sangatlah logis. Orang yang selalu silaturahmi tentunya akan memiliki
banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu faktor yang akan
menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha atau berbisnis. Selain itu,
dengan banyak teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula telah berusaha
meningkatkan ketakwaan terhadap Allah SWT. Hal ini karena ia telah melakukan
salah satu perintahnya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi orang yang
bertkwa, maka Allah akan memberikan rezeki dan jalan keluar dalam setiap urusannya.
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah, niscaya ia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberi rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka”
Rezeki
yang diberikan oleh Allah SWT, mungkin tidaklah banyak menurut pandangan
manusia, tetapi rezeki tersebut penuh dengan berkah, rezeki yang sedikit tetapi
berkah lebih bermanfaat daripada banyak, tetapi tidak mengandung berkah.
Selain
itu, orang yang selalu memperbanyak silaturahmi akan memberikan banyak peluang
dalam berusaha, sehingga akan terbuka pintu rezeki baginya. Kalau suatu ketika
ia ditimpa suatu kesusahan atau berada dalam kesulitan, ia akan mendapatkan
bantuan dan pertolongan dari relasinya.
Begitu
pula kenyataan bahwa bagi mereka yang suka silaturahmi akan sipanjangkan
usianya adalah sangat logis meskipun memerlukan pemahaman dan persepsi yang
berbeda. Memang benar umur manusia itu sudah dibatasi dan tidak ada seorangpun
yang mampu mengubah kehendak Allah tersebut, hal itu dijelaskan dalam Al-qir’an:
Artinya:
“Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu (kematiannya) dan Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al- Munafikun :11)
Akan
tetapi dengan banyaknya silaturahmi ia akan banyak berbuat kebaikan dengan
sesama manusia, yang berarti pula akan semakin banyak pula mendapatkan pahala,
pahalanya akan lebih banyak daripada tidak pernah bersilaturahmi walaupun
umurnya sama, dengan demikian,
seakan-akan ia memiliki umur lebih panjang, walaupun hakikat umurnya sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh Allah AWT.
Selain
itu orang yang sering bersilaturahmi walaupun sudah menunggal, ia banyak
diingat dan dibicarakan, seakan-akan ia hidup terus.
Banyak
silaturahmi-pun akan menimbulkan rasa kasih sayang antar sesama dan menimbulkan
gairah hidup tersendiri, karena ia banyak saudara yang akan bahu-membahu dalam
memecahkan berbagai problematika hidup, sehingga umurnya akan lebih bermanfaat,
baik bagi dirinya maupun orang lain.
Menurut Al-
Faqih Abu Laits Samarqandi, keuntungan silaturahmi ada sepuluh, yaitu:
1). Memperoleh Ridha Allah SWT
2). Membuat gembira orang lain
3). Menyebabkan pelakunya disukai oleh para malaikat
4). Mendatangkan pujian kaum muslimin kepadanya
5). Membuat marah iblis
6). Memanjangkan Usia
7). Menambah berkah (cukup) rezekinya
8). Membuat senang kaum kerabat yang telah meninggal,
karena mereka senang anak cucunya selalu bersilaturahmi
9). Memupuk rasa kasih sayang diantara keluarga sehingga
timbul semangat saling membantu ketika berhajat
10). Menambah pahala sesudah pelakunya meninggal, karena
ia akan selalu dikenang, dan di do’akan karena kebaikannya.
C. Larangan Memutuskan Silaturahmi
“Dari
Abdullah Bin Yusuf, memberitahukan kepada Malik Ibnu Syihab dari Atha bin
Yazid, dari Abu Ayub Al-Anshari Bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: “ Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya
lebih dari tiga malam, mereka bertemu, lalu seorang berpaling dan lainnya juga
berpaling. Yang paling baik diantara keduanya adalah yang terlebih dahulu
mengucapkan salam.” (HR. Bukhari. Kitab “tata krama”bab”hijrah dan ucapan
Rasulullah SAW , tidak halal bagi seorang laki-laki menghindari saudaranya
lebih dari tiga hari)
Sudah
menjadi sunatullah bahwa hubungan sesama manusia tidak selamanya baik, selali
ada problem dan pertentangan. Hidup adalah perjuangan, tantangan, pengorbanan
dan sekaligus perlombaan antar sesama manusia, tidak heran apabila terjadi
pergesekan antar sesama manusia yang tidak mungkin dapat dihindarkan.
Namun
demikian, gesekan atau permusuhan tersebut jangan sampai diperpanjang sehingga
melebihi tiga hari, yang ditandai dengan tidak saling menegur sapa dan saling
menjauhi. Hal itu tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
Memang
benar bahwa setiap manusia memiliki ego dan gengsi, sehingga hal itu sering
mengalahkan akal sehat, akan tetapi untuk apa mempertahankan gengsi bila hanya
menyebabkan pelanggaran aturan agama dalam berhubungan dengan sesama. Apakah
artinya ego tersebut bila dibandingkan dengan petingnya persaudaraan dan
persatuan umat? Apalagi bila mereka menyadari bahwa mereka yang memutuskan
silaturahmi, diancam tidak akan mendapatkan kebahagiaan kelak di akhirat, yaitu
mereka tidak berhak masuk surga. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:
“Dari
Abu Muhammad (jubair) bin muthim Radiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW
bersabda; tidak akan masuk surga orang yang pemutus (hubungan famili) abu
sufyan berkata; yakni pemutus hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Imam
nawawi mwngatakan bahwa persengketaan harus diakhiri pada hari ketiga, tidak
boleh lebih. Menurut sebagian ulama, diantara sebab islam membolehkan adanya
persengketaan selama tiga hari karena dalam jiwa manusia terdapat amarah dan
akhlak jelek yang tidak dapat dikuasainya ketika bertengkar atau dalam keadaan
marah,. Dan dalam waktu tiga hari diharapkan akan menghilangkan perasaan
tersebut.
Diantara
cara efektif untuk membuka kembali hubungan yang telah terputus adalah dengan
mengucapkan salam sebagai tanda dibukanya kembali hubungan kekerabatan, ini
bukan berarti orang yang memulai salam itu telah kalah, tetapi ia telah
melakukan perbuatan yang sangat mulia dan terpuji disisi Allah SWT.
Mereka
yang bersikeras memutuskan tali silaturahmi akan mendapatkan laknat dan kutukan
Allah SWT, sebagaimana firmannya:
Artinya:
“Apakah
mungkin jika kamu akan berkuasa akan mengacau dimuka bumi dan memutus hubungan
keluarga, mereka yang dikutuk oleh Allah, maka dipekakan dan dibutakan
pandangan mereka.” (QS. Muhammad. 22-23)
Artinya:
“Mereka yang menyalahi janji Allah sesudah diteguhkannya, dan memutus
apa-apa yang telah diperintah Allah SWT. Supaya disambung, dan merusak dimuka
bumi, kutukan Allah dan sejelek-jeleknya tempat”.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Salah satu tanda kesempurnaan iman
seorang mukmin ialah mencintai saudaranya sendiri sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri. Hal itu direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
berusaha untuk menolong dan merasakan kesusahan maupun kebahagiaan saudaranya seiman
yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada Allah SWT.
Persaudaraan merupakan suatu hal yang
umum, persaudaraan yang timbul karena saling memperkuat ikatan-ikatan
persaudaraan dan sebagai faktor mencapainnya salah satu kesejahtraan masyarakat
islam.
3.2.
Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca terutama dosen
mata kuliah ini. Agar dapat pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Atas kritik dan sarannyya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Syafe’i,Rachmat, Al-Hadist
(Akidah, Akhlak, sosial dah hukum), Pustaka Setia, bandung:2003
Kitab Shahih bukhari