0
Menulis Sebagai Ibadah
Posted by Atang Fauzi
on
16.53
Menulis Sebagai Ibadah
Oleh:
Atang Fauzi
Sejak SMA saya sudah mulai
iseng-iseng belajar untuk menulis, baik itu menulis pengalaman, berita, puisi
dan sebagainnya, yang terhimpun di dalam sebuah organisasi, bisa disebut
sebagai wartawan sekolah, tugas kita adalah membuat buletin dan majalah sekolah,
yang akhirnya bisa bergabung menjadi citizem jurnalism koran kabar priangan,
seluruh pelajar se-priangan timur belajar turun ke lapangan dan menulis, ada
beberapa orang yang mewakili sekolah saya untuk ikut gabung menjadi citizem
jurnalism, dengan semangat kami melakukan tugas kewartawanan dengan baik, namun
waktu demi waktu orang-orang yang tergabung di dalam kelompok jurnalis tersebut
semakin lama semakin berkurang, lalu saya mencari sebab kenapa para siswa
menjadi lemah dan kurang bersemangat dalam menulis.
Ada sebuah cerita menarik yang bisa
saya ambil alasan kenapa siswa mundur dari menulis, dianataranya teman saya
yang bernama insan, dia awalnya sangat semangat dan senang dengan menulis, itu
terbukti dengan tulisan-tulisannya yang menarik, artikel-artikel yang dia buat
sudah banyak dimuat dikoran, namun kini dia menjadi malas dan enggan dalam
menulis, ternyata dia punya pikiran bahwa dengan menulis dia bisa menjadi kaya,
namun ternyata artikel-artikel yang sudah susah payah ia buat, hanya dibayar
dengan seharga semangkok baso, sehingga membuat ia enggan menulis lagi, karena
awalnya dia punya pendapat bahwa menulis bisa menjadikan ia kaya, namun
sekarang dia punya pendapat bahwa menulis hanyalah membuang-buang waktu saja.
Ada lagi satu teman saya yang
bernama ulfah, dia sama saya terus bareng-bareng aktif menulis di majalah
sekolah, tulisan dia sudah banyak dimuat di majalah sekolah, namun dia punya
keinginan tulisannya dimuat di koran nasioanal atau majalah-majalah nasional,
setiap dia menulis, maka tulisannya akan langsung dikirim ke semua email koran
dan majalah nasional, namun beberapa kali ia mengirim, tulisannya tidak ada
satupun yang dimuat, akhirnya dia merasa gerah dan putus asa, dia tidak pernah
mengirim lagi artikelnya dan malas lagi untuk menulis.
Memasuki dunia tulis menulis, hanya
berharap ketenaran atau honoranium, memang sangat menyakitkan. Dunia tulis
menulis di indonesia belum menjamin kehidupan. Kisah-kisah diatas sebagai
cerminan, betapa dunia jurnalistik di indonesia sangat dilematis. Disatu sisi
media mengharapkan mendapat kiriman tulisan berkualitas dan ingin memberikan
honor yang sebesar-besarnya, namun kemampuan media masih lemah. Kelemahan ini
karena tiras masih kecil sebagai akibat masih lemahnya minat baca. Parahnya penulis
tidak menerima kenyataan ini, akibatnya banyak penulis pemula menjadi kapok dan
enggan menulis lagi, mereka lantas tenggelam dan mencari mata pencaharian lain
yang lebih menjanjikan
Namun bagi seorang muslim uang
bukanlah segala-galanya, menulis adalah ibadah yang pahalanya berada disisi
Allah SWT, kelak yang lebih besar daripada yang didapatkan didunia, penulis
islam menyadari bahwa dakwah bil kitabah adalah amanah perjuangan yang harus
senantiasa dijungjung tinggi, profesionalisme, loyalitas dan integritas harus
dikedepankan.
Jika tidak, nasib dakwah islam hanya
tinggal kenangan, ditinggal oleh para penulis yang haus uang. Meng uang
sangatlah penting, namun itu bukanlah sebuah tujuan. Uang akan mengikuti dengan
sendirinya dengan profesionalisme. Niatkan menulis sebagai nilai ibadah dan
jalan dakwah, maka kebiasaan menulis akan senantiasa terpelihara. Gantungkan hati
hanya kepada Allah SWT, maka kita tidak akan kehilangan pegangan, dialah Allah
yang maha kaya, maha rahman dan rahim kepada hamba-hambanya, jangan pernah
takut miskin, karena rizki sudah diatur oleh Allah SWT, jika kita menjalani
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan dibarengi hati yang ikhlas, maka rizki akan
datang sendiri sesuai dengan profesionalitas kita, dan Allahpun akan memberikan
rizki kepada kita secara tidak disangka-sangka.
“barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah, dia akan diberi jalan keluar dan dibukakan rezeki dari jalan yang tidak
disangka-sangka” (QS. At- Thalaq: 2-3)
“Katakanlah; siapa yang memberikan
rezekikepadamu dari langit dan bumi?” Katakanlah: “Allah”
(QS. Saba: 24)
Karena
itu, sebelum terjun kdunia tulis menulis, terlebih dahulu luruskanniat. Hadapkan
hti hanya kepada Allah SWT, jadikanlah tulis menulis sebagai bentuk ibadah. Jadilah
insan yang memiliki integritas tinggi, yaitu insan yang memiliki hati bersih,
jujur, istiqamah, pebuh semangat juang, dan yakin bahwa pahala disisi Allah
lebih besar jauh dari yang kita rasakan di dunia yang fana ini.
Sumber
bacaaan:
Al-Ghifari,
Abu. Kiat menjadi penulis sukses. Bandung, mujahid press. 2003