0
Pengalaman Shalat Dzuha
Posted by Atang Fauzi
on
03.55
Pengalaman
Shalat Dzuha
Oleh:
Atang Fauzi
Dari kecil ahamdulillah saya hidup berada di lingkungan pesantren, jadi
saya merasa terlatih untuk menjalani aktifitas dengan nuansa yang islami, masih
terbesit dalam ingatan saya, bahwa sang guru pernah membahas tentang shalat sunnah
yang paling banyak hikmah dan manfaatnya, yaitu shalat tahajud dan shalat
dzuha.
Rasulullah
Sallalahu’alaihi wasallam pernah bersabda:
“Barangsiapa mengerjakan
shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang
lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang
yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan
kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah
menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa
mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan
membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani).
membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” (Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani).
Dikala aku masih kecil aku sering mengikuti pesantren kilat, dan disana
seakan-akan shalat dzuha sudah menjadi kewajiban, sang guru memimpin do’a
shalat dhuha dengan keras dan lantang dan diikuti oleh gemuruh suara sang murid
dengan keras dan lantang pula, itu dilakukan secara rutin setiap hari, begitu
juga ketika menginjak sekolah dasar maupun sekolah menengah atas, seakan-akan
hal ini sudah menjadi sebuah kebiasaan.
Dikala bel istirahat berdenting, para murid langsung bergemuruh menyerbu
sebuah kantin dan para pedagang pikul, namun aku selalu berusaha untuk
meluangkan waktu shalat dua rakaat dan berdo’a, hidup terasa lebih tenang,
tentram dan damai.
Suasana masjid merupakan suasana yang paling indah dalam hidup saya,
ketika memasuki sebuah masjid, admosfer yang terdapat didalamnya terasa
berbeda, suasana sejuk selalu merubah perasaanku dikala aku sedang risau atau
gelisah, keluar dari masjid seakan-akan dunia menjadi baru kembali,
Dan hari-hari yang paling indah dalam melaksanakan shalat dzuha yaitu
ketika aku sedang berada di lingkungan madrasah Aliyah, disana aku menjabat
menjadi ketua OSIS, yang kesehariannya memimpin siswa untuk melaksanakan ibadah
shalat, khususnya shalat dzuha dan shalat dzuhur bersama-sama, setiap dentingan
bel istirahat berbunyi, aku harus sudah berada di dalam masjid dan mengajak
para siswa untuk melaksanakan shalat dhuha bersama-sama, selain shalat dhuha
akupun harus memimpin do’a, hal ini tidak begitu menyulitkan bagiku, karena aku
sudah terbiasa dari kecil, seakan-akan ini sudah menjadi sebuah pekerjaan biasa
Namun kebiasaan ini semakin lama seakan-akan mulai rapuh, dengan
banyaknya kesibukan duniawi yang harus aku hadapi, seringkali sebuah kebiasaan
ini semakin terlewatkan, kadang aku bertanya terhadap diri sendiri, apakah
kebiasaan ini timbul karena pergaulan?
Bisa saja hal ini terjadi karena
sebuah pergaulan, karena itulah yang bisa saya rasakan, orang tua saya sering
berkata: “Apabila kita bergaul dengan tukang ayam, maka kita akan terkena bau
ayamnya, dan sebaliknya apabila kita bergaul dengan tukang minyak wangi, maka
kita akan terbawa wangi pula.Begitulah sifatnya pergaulan, apabila kita sering
bergaul dengan orang-orang yang shaleh, maka kita akan terbawa shaleh, dan jika
kita bergaul dengan orang yang sibuk, maka kita akan senantiasa terbawa kedalam
kesibukan tersebut, begitulah yang saya rasakan ketika menginjakan kaki di
tanah ibu kota.
Ketika mata memandang, semua orang terlihat berlomba mencari kesibukan
masing-masing, mereka tidak akan pernah berhenti untuk mencari kebahagiaan duniawi, karena memang
kebahagiaan duniawi tidak akan pernah ada batasnya.
pagi, siang dan malam terus
menerus dipakai untuk mencari uang, seakan-akan mereka akan hidup selamanya di
dunia dan tidak memikirkan “mau kemana jika masa aktif hidup di dunia sudah
habis?. Hal ini alangkah berbedanya dengan suasana di pedesaan, yang hidup
tentram dan giat beribadah, walaupun secara materi mereka dalam keadaan miskin,
namun secara nurani meraka sangat kaya raya.
Kini aku hanya bisa berharap, walaupun berada di lingkungan yang super
sibuk, tapi jangan sampai menghilangkan kebiasaan lama, lalu bagaimana caranya?
Salah satu cara agar kita termotivasi untuk melaksanakan shalat dzuha yaitu
dengan mengingat kembali keutamaan dak keistimewaan shalat dzuha.
Masih terbesit dalam pikiranku
bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang
siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga”
(H.R. Tarmiji dan Abu Majah)
(H.R. Tarmiji dan Abu Majah)
Dari hadist tersebut akan senantiasa mendorong kita untuk melakukan shalat
dhuha, karena semua orang ingin menikmati keindahan surga, sebuah istana yang
berada di dunia saja sudah membuat semua orang menginginkannya, apalagi ini
adalah istana surga, hanya Allah lah yang tahu bagaimana keindahannya, kita
akan senantiasa bisa menempatinya apabila usaha dan perjuangan kita beribadah
selama di dunia dilakukan dengan ikhlas dan terus menerus.
Walaupun saya hanya melakukan shalat
dhuha sejumlah dua rakaat, namun saya yakin balasannya sama, yang penting
keikhlasan dan dilakukannya secara terus menerus.