0
Mazhab Syi'ah
Posted by Atang Fauzi
on
07.01
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Akhir-akhir ini
banyak aliran-aliran yang mucul yang berasal dari Islam. Seperti ajaran Lia
Eden, Ahmad Mushaddeq dan lain-lain. Hal ini rupanya tidak berbeda jauh dengan
zaman Nabi. Banyak yang mengaku sebagai nabi setelah kenabian Muhammad. Padahal
kita tahu bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir.
Salah satunya
adalah aliran Syi’ah, aliran Syi’ah atau dikenal dengan istilah pendukung Ali
bin Abi Thalib. Dari berbagai aliran yang muncul pada zaman Nabi dan sahabat,
muncul berbagai anggapan yang belum banyak diketahui oleh umat muslim, terutama
pada kalangan muslim saat ini yang sudah modern. Oleh karena itu,kami menulis
makalah ini supaya kita semua sama-sama paham dan mengerti tentang aliran
Syi’ah.
I.2.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana
sejarah
munculnya
mazhab
Syi’ah?
b. Apa
pokok-pokok
ajaran
dalam
mazhab
Syi’ah?
c. Siapat
tokoh-tokoh
mazhab
Syi’ah?
d. Apa
saja
sekte-sekte
dalam
mazhab
Syi’ah?
I.3.
Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini selain
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an, juga untuk
mengetahui hal-hal mengenai
mazhab
Syi’ah
seperti
sejarah, pokok ajaran, tokoh-tokohnya, dan sekte-sekte dari mazhab Syi’ah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Syi’ah dilihat dari dari bahasa berarti
pengikut, pendukung, partai, atau kelompok. Menurut istilah Syi’ah ialah
sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan kegamaannya selalu
merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau yang disebut dengan ahl-bait. Menurut
Thabathbai, istillah Syi’ah ditujukan kepada pengikut Ali bin Abi Thalib. Para pengikut Syi’ah pada waktu itu adalah
Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad bin Al-Aswad dan Ammar bin Yasir.[1]
Munculnya Syi’ah
terdapat perbedaan pendapat, menurut Abu Zahrah mengatakan bahwa Syi’ah muncul
pada akhir pemerintahan Usman bin Affan, sedangkan menurut Watt, Syi’ah baru
muncul ketika terjadi peperangan antara Ali dan Muawiyah dalam perang Shiffin.
Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan karena menurut mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak menggantikan Nabi.
Berlawanan dengan harapan mereka, setelah Nabi meninggal yang menggantikan adalah Abu Bakar. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding dengan ahlul bait maupun keluarga yang pada saat itu sedang sibuk dengan upacara pemakaman Nabi.
Berdasarkan realitas itulah, muncul sikap dikalangan sebagian kaum muslimin yang menentang kekhalifahan pada saat itu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi yang sah adalah Ali bin Abi Thalib. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya.[2]
Inilah
yang
kemudian
disebut
Syi’ah.
2.2 Pokok
Ajaran Mazhab Syi’ah
Sejalan dengan perkembangannya, Syi’ah juga
mengembangkan doktrin-doktrinya sendiri mengenai teologi. Pokok ajaran yang
berhubungan dengan doktrin tersebut yaitu tentang Tauhid (kepercayaan terhadap keesaan Allah), Nubuwwah (kepercayaan kenabian),
Ma’ad (kepercayaan adanya akhirat), Imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl-bait) dan Adl (keadilan
illahi).
2.3. Sekte-sekte dalam Syi’ah
Dalam perjalannya,
Syi’ah terpecah menjadi sekte-sekte yang dipicu oleh doktrin Imamah. Sekte-sekte tersebut
adalah:
a. Syi’ah Itsna Asyariyah / Syi’ah
Imamiyah
Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena yang menjadi dasar akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik.[3]
Syi’ah
Itsna Asyariyah sepakat
bahwa
Ali
adalah
penerima
wasiat
Nabi
Muhammad
SAW.
Adapun
penerima
wasiat
setelah
Ali
bin
Abi
Thalib
adalah
keturunan
dari
garis
Fatimah
yaitu
Hasan
bin
Ali,
Husein
bin
Ali.
Setelah
Husein
adalah
Ali
Zaenal
Abidin,
kemudian
berturut-turut
Muhammad
AlBaqir,
Abdullah
Ja’far
Ash-Shadiq,
Musa
Al-Kahzim,
Ali
Ar-Rida,
Muhammad
Al-Jawwad,
Ali
Al-Hadi,
Hasan
Al-Askari
dan
terakhir
Muhammad
Al-Mahdi.
Karena
mereka
berbaiat
di
bawah
imamah
dua
belas
tersebut
maka
mereka
dikenal
dengan
Syi’ah Itsna Asyariyah
Dalam
sekte ini yang
menjadi
konsep Usul ad-Din yaitu Tauhid,
Keadilan, Nubuwwah, Ma’ad dan Imamah.
b. Syi’ah
Sabi’iyah (Syiah Tujuh)
Sekte
ini hanya mengakui tujuh imam, yaitu Ali, Hasan, Husein, Ali Zainal Abidin,
Muhammad Al-Baqir, Ja’far ash-Shadiqq, dan Ismail bin Ja’far. Karena
dinisbatkan kepada Ismai bin Ja’far Ash-Shadiqq maka disebut juga Syi’ah
Ismailiyah.[4]
Para pengikut Syi’ah percaya bahwa Islam dibangun oleh tujuh pilar, yaitu iman, taharah, shalat, zakat, shaum, haji dan jihad
c. Syia’ah
Zaidiyah
Disebut
Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima. Kaum
Zaidiyah menolak pandangan bahwa imam pewaris Nabi ditentukan nama dan orangnya
oleh Nabi, tapi menurut
mereka
ditentukan
oleh sifat-sifatnya. Menurut sekte
ini, seorang imam harus dari ahl-bait dan memiliki kekuatan mengangkat senjata
untuk mempertahankan diri dari penyerangan.
d.
Syi’ah Ghulat
Syiah
Ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebihan atau
ekstrim. Lebih jauh,Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah Ghulat adalah kelompok
yang menempatkan Ali bin Abi Thalib pada derajat Ketuhanan.. Doktrinnya adalah
mengenai tanasukh ( keluarnya ruh dari jasad dan berpindah ke jasad yang lain),
bada’ ( keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sesuai dengan perubahan
ilmu-Nya), raj’ah (keyakinan bahwa imam Mahdi akan datang ke bumi), tasbih
(menyerupakan atau mempersamakan imam
dengan Tuhan).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Syi’ah merupakan kelompok umat muslim pendukung Ali bin Thalib.
Syi’ah muncul dikarenakan ketidakpuasan sebagian umat Islam mengenai pengganti
setelah Nabi Muhammad wafat.
Kelompok Syi’ah ini terpecah lagi menjadi beberapa sekte-sekte
yaitu Itsna Asyariyah, Sabi’iyah, Zaidiah, dan Syi’ah Ghulat. Perpecahan itu
disebabkan karena satu masalah yaitu tentang imamah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar, Rosihan dan Rojak. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Hidayat, 1996.
[1]
M.H.Thabathaba’I, Islam Syi’ah, Asal Usul dan Perkembangannya, terj. Djohan Effendi, PT.Grafiti Press, Jakarta, 1989, hlm.37 dan 71
[3]
H.M.Rasyid,ApaItuSyi’ah.Pelita,Jakarta,1984,hlm.11
[4]
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, UI Press, Jakarta, 1985, hlm. 100.